Opini,- Sejak zaman Rasulullah, safar menjadi
tradisi masyarakat Arab. Orang-orang kini menamakannya dengan travelling. Safar
tak hanya bermakna senang-senang. Bepergian dengan maksud mencari ilmu, amanah
pekerjaan, dan dalam rangka ibadah, seperti umrah dan haji, juga bermakna
safar.
Kita percaya agama Islam diturunkan
lengkap dengan perangkat-perangkat adab dan akhlak. Rasulullah SAW sendiri
hadir untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak dan adab tersebut juga termaktub
dalam safar. Ada beberapa adab yang selaiknya diperhatikan sebelum, saat, dan
sesudah safar.
Sebelum bepergian, hendaknya
memperbanyak untuk memohon ampunan dari Allah SWT. Manusia, selain Nabi SAW,
sehebat apa pun dia, tak mungkin luput dari salah dan khilaf. Kita yang lemah
ini juga tak paham kapan dan dengan cara apa, Allah SWT akan kembali memanggil.
Memperbanyak istighfar selain untuk
memohon ampun, juga untuk menguatkan diri. Rasa lega dalam hati amat berguna
untuk menghadapi perjalanan. Kita tak pernah paham dalam perjalanan nanti apa
saja yang akan kita temui.
Jika kita memiliki tanggungan dan
amanah, hendaknya kita selesaikan sebelum menempuh safar. Utang, barang
titipan, hendaknya kita kembalikan. Selesaikan janji-janji yang sudah terucap
sebelum pergi.
Siapkan pula perbekalan yang cukup dan
tentu saja halal kepada keluarga yang ditinggal. Hitung berapa lama kira-kira
kita akan safar, lalu cukupkan kebutuhan keluarga yang kita tinggalkan.
Termasuk, meninggalkan wasiat kepada keluarga.
Tiada hak bagi seorang Muslim yang memiliki
sesuatu yang di dalamnya (harus) diwasiatkan, lantas ia bermalam sampai dua
malam, melainkan wasiat itu harus (sudah) ditulis olehnya
Rasulullah SAW bersabda, "Tiada
hak bagi seorang Muslim yang memiliki sesuatu yang di dalamnya (harus)
diwasiatkan, lantas ia bermalam sampai dua malam, melainkan wasiat itu harus
(sudah) ditulis olehnya." (HR Bukhari).
Sebelum bepergian, hendaknya seseorang
mengangkat pemimpin di antara mereka yang bepergian. Jika hanya tiga orang,
angkat salah satu di antaranya menjadi pemimpin perjalanan. Hakikat pemimpin
untuk ditaati. Sehingga, saat ada kejadian di luar perkiraan, keputusan
pemimpin yang harus dipakai.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika
tiga orang (keluar) untuk bepergian, hendaklah mereka mengangkat salah seorang
dari mereka sebagai ketua rombongan." (HR Abu Daud).
Pamit. Rata-rata memang kita tak
melupakan ritual yang satu ini. Pamit kepada orang-orang tercinta dan yang
ditinggalkan. Minta doa supaya perjalanan yang ditempuh lancar. Saat sudah
melakukan perjalanan, jangan lupakan zikir. Mengingat Allah bisa dilakukan
sepanjang waktu dan keadaan. Khusus dalam perjalanan, Rasulullah SAW
mencontohkan agar setiap Muslim memerhatikan jalan yang ia tempuh. Jika jalanan
mendaki, lafalkan takbir, jika jalanan turun, ucapkan tasbih.
Selain itu, saat safar juga saat
diistijabahnya doa. Maka, banyak-banyaklah mengumamkan doa. Meminta kebaikan
bagi diri, keluarga, dan Muslimin seluruhnya. Rasulullah SAW bersabda,
"Tiga doa yang pasti dikabulkan (mustajab) dan tidak ada keraguan lagi
tentangnya, doanya seorang yang dizalimi, doanya musafir, dan doa buruk orang
tua terhadap anaknya." (HR Ahmad).
Setelah menyelesaikan semua urusan, saatnya
kembali ke rumah. Masih ada adab-adab yang harus diperhatikan. Meski rasa rindu
untuk pulang sudah menghunjam, janganlah terburu-buru. Beritahukanlah
kedatangan kepada keluarga agar mereka siap mengambut kita. Terutama, jika
waktu kedatangan kita adalah malam hari. Sehingga, tidak mengganggu keluarga
yang sedang istirahat.
Aku pernah bepergian bersama Rasulullah SAW.
Ketika kami telah tiba di Kota Madinah, beliau berkata, 'Masuklah ke masjid dan
shalatlah dua rakaat. Hal ini berdasar dari hadis Nabi SAW, "Rasulullah
SAW tidak pernah mengetuk pintu (rumah keluarganya), tidak pula masuk (ke rumah
setelah pulang dari bepergian), kecuali pada pagi hari atau sore hari."
(HR Bukhari).
Ada hikmah di balik imbauan agar
memberi tahu keluarga sebelum kepulangan. Rasulullah SAW dalam hadis riwayat
Imam Muslim menyebut pemberitahuan ini agar keluarganya bersiap. Agar istri
yang ditinggal bisa merapikan diri, berhias, menyisir rambut yang kusut, dan
bersolek.
Shalat dua rakaat di masjid saat
kedatangan juga amat dianjurkan. Para sahabat juga dicontohkan oleh Rasulullah
SAW agar memasuki masjid setelah kedatangan dan shalat dua rakaat. Jabir bin
'Abdillah berkata, "Aku pernah bepergian bersama Rasulullah SAW. Ketika
kami telah tiba di Kota Madinah, beliau berkata, 'Masuklah ke masjid dan
shalatlah dua rakaat.'" (HR Bukhari).
Oleh Deri Pransa putra
Komentar