Opini
– ( 06/12) Masyarakat Indonesia memiliki latar belakang agama yang beragam. Ada
Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan seterusnya. Keragaman ini perlu dirawat dan
dibiasakan, supaya tidak berujung pada perbecahan. Di antara cara yang bisa
dilakukan adalah membiasakan untuk bergaul dengan orang yang berbeda, agar
tidak kaget dan terbiasa dengan perbedaan.
Karena
itu, orang tua perlu membiasakan anaknya untuk hidup dalam keragaman. Kalau
anak tidak terbiasa melihat perbedaan, dikhawatirkan nanti dia tidak terbiasa
hidup berdampingan dengan orang yang berbeda. Karena itu, menurut Ustadz Ahong,
tidak ada masalah bila orang tua membiarkan anaknya untuk bergaul dengan orang
yang berbeda, misalnya, muslim bergaul dengan non-muslim.
“Kalau
saya sih ya, saya membiarkan anak saya berteman dengan siapa saja, baik yang
satu agama ataupun berbeda agama,” Kata Ustadz Ahong.
Alasannya,
di dalam Islam sendiri, tidak ada larangan orang Islam berteman dengan
non-muslim. Nabi saja punya beberapa teman dari pemeluk agama lain. Mukhairiq
misalnya, pemuka Yahudi yang mendermakan hartanya untuk perjuangan Nabi
Muhammad SAW. Rasulullah SAW memujinya dengan megatakan, “Mukhairiq sebaik-baik
Yahudi.”
“Jadi
membiarkan anak kita berteman dengan non-Muslim itu berati sedang mengajarkan
keragaman, bahwa di Indonesia ini tidak hanya orang Islam saja, tetapi juga ada
pemeluk agama Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu, dan agama lokal,” Jelas
Ustadz Ahong.
Membiarkan
anak bergaul dengan orang yang berbeda diharapkan menjadi kebiasaan bagi anak
untuk melihat perbedaan. Ketika mereka sudah terbiasa berbeda sejak dini,
mereka akan semakin dewasa dan bijak dalam menghadapi persoalan keragaman di
kemudian hari.
Komentar