Opini, (19/10/2022) -- Khusyu sangat dibutuhkan dalam shalat. Namun, tidak semua orang
bisa khusyu dalam shalatnya. Bahkan, khusyu sendiri seringkali disalhartikan.
Lantas, apa sih makna khusyu itu sebenarnya?
Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali (795 H) dalam sebuah kitabnya yang
berjudul Al-Khusyu’ fi as-Shalat, membedah dan menguak rahasia dan makna di
balik kekhusyukan shalat. Secara khusus, Ibnu Rajab menguraikan tema demi tema
dalam kitabnya itu untuk menjelaskan tentang perkara yang berkaitan dengan
shalat dan makna khusyuk.
Berikut beberapa makna khusyu yang dibahas dalamkitab tersebut:
1Makna khusyu menurut Ibnu Rajab
Khusyuk diartikan Ibnu Rajab sebagai bentuk kelembutan hati yang
tecermin dalam setiap tindakan. Menurut dia, pada hati ada poros utama bagi
keseluruhan jasad seseorang. Tatkala hati bersih, luruslah segala tindakan.
Begitu juga sebaliknya, hati yang dikotori dengan tindakan nista dan dosa, akan
menjadi buruk dan dapat menjerumuskannya kepada perbuatan hina.
Ketika hati rusak, rusaklah anggota jasad lainnya. Makna khusyuk
inilah yang digunakan oleh Rasulullah dalam ucapannya saat melakukan ruku.
Rasulullah membaca doa ketika ruku yang artinya, Pendengaran, penglihatan,
otak, dan tulang belulangku tunduk kepada-Mu”.
Ketika itu, Sa’id bin al-Musayyib melihat seseorang
menggerak-gerakkan tangannya sewaktu shalat. Gerakan tangannya itu tanpa
dimaksudkan untuk perkara yang penting dan mendesak. Said pun lantas
mengatakan, seandainya hati orang tersebut khusyuk, seluruh anggota tubuhnya
akan khusyuk.
2Makna khusyu menurut Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib mengemukakan pandangannya tentang khusyuk.
Pendapatnya itu disampaikan saat mengomentari surah al-Mukminun ayat 2. (Yaitu)
orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya.” Menurutnya, yang dimaksud dengan
khusyuk adalah ketenangan yang berada dalam hati.
Khusyuk akan menghindarkan seseorang dari perbuatan mengganggu
orang yang shalat di sampingnya. Khusyuk juga bisa terlihat karena yang
bersangkutan tak akan mengalihkan pandangannya dan tak akan menoleh ke arah
manapun, selain ke tempat sujudnya.
Makna
khusyu menurut Ibnu Abbas
Sedangkan, menurut Ibnu Abbas, khusyuk yang dimaksud ayat tersebut
diartikan sebagai sikap takut dan rasa ketenangan yang diperoleh seseorang
ketika shalat. Namun, ketenangan dalam bersikap belum tentu cerminan dari
kekhusyukan hati. Bahkan, justru ketenangan itu bisa menggambarkan fakta
sebaliknya, yaitu kekosongan hati.
Keadaan inilah yang diwanti-wanti
oleh para salaf. Mereka menyebut khusyuk kategori ini sebagai khusyuk nifaq,
yaitu kekhusyukan palsu. Sebagian dari kalangan salaf meminta agar sikap
tersebut dihindari.
Orang yang menampakkan kekhusyukan
dalam shalat padahal sama sekali tidak ada ketentangan di hatinya, khusyuk yang
ditunjukkan itu tiada bermakna dan tak berguna. Umar bin Khattab pernah menegur
seorang remaja yang tengah melaksanakan shalat.
Tingkat ketajaman batin Umar dapat
merasakan kepalsuan khusyuk yang dipertontonkan remaja tersebut. Ia lantas
meminta agar si remaja mengangkat kepalanya dan mengatakan bahwa khusyuk itu
hanya terdapat di hati.(dls)
Komentar